Article

KEMENPAR Dan STP Trisakti Adakan Pelatihan Pengelolaan Homestay di Kampung Bermusik


28 Juni 2019, Sebanyak 50 pelaku wisata yang terdiri pengelola homestay, produsen makanan minuman dan oleh-oleh serta perwakilan Pokdarwis yang berada di Desa nelayan Bontang Kuala mendapatkan pelatihan homestay dari Kementerian Pariwisata yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur.

Pelatihan yang bertujuan meningkatkan keterampilan para pelaku wisata dalam bidang pengelolaan homestay ini diselenggarakan di ruang pertemuan Hotel Bintang Sintuk. pada hari Rabu (26/06/2019). Beberapa waktu lalu.

Dalam sambutan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur H. Ichwansyah, yang dibacakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Usaha Jasa Pariwisata Hj. Srie Iriana, mengatakan bahwa potensi usaha homestay di Bontang Kuala begitu besar, sehingga apabila dimanfaatkan dengan baik akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa nelayan tersebut.

Ujang Sobari selaku perwakilan dari Kementerian Pariwisata dalam sambutannya menyatakan bahwa Bontang Kuala merupakan perkampungan yang unik, jauh dari kesan perkampungan kumuh nelayan pada umumnya.

“Saya pikir bahkan jalanan yang dilapis dengan kayu itu bisa menjadi sebuah atraksi yang menarik. Dalam hal ini diperlukan kreativitas agar keunikannya tadi dapat menggugah minat wisatawan” ujarnya.

Lebih lanjut Ujang menyarankan agar perkampungan nelayan Bontang Kuala tersebut diberi julukan “Kampung Bermusik”

“Karena bebunyian khas jalanan berkayunya saat dilewati, maka kampung ini pantas untuk diberikan julukan “Kampung Bermusik,” imbuhnya.

Akademisi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, Rina Fitriana, menyatakan bahwa hendaknya suatu kampung wisata dapat dinikmati keberadaannya oleh semua masyarakat dan bukan hanya menjadi milik perorangan atau kelompok tertentu saja. Kegiatan di kampung wisata tersebut hanya akan berjalan dengan baik dan terjaga keberlanjutannya kalau setiap orang mendapatkan manfaat sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial.

“Misalkan, yang punya kamar kosong yang tersisa bisa buka homestay. Yang tidak punya kamar tapi pintar masak, bisa menyediakan catering yang menyuplai makanan di homestay tetangganya. Yang tidak punya kamar sekaligus tidak bisa masak, mungkin bisa menjadi produsen oleh-oleh. Yang paling penting adalah dengan adanya homestay di kampung Bapak Ibu, masyarakat seluruhnya bisa diberdayakan,” jelasnya.

Salah satu peserta pelatihan, Halimah, menyatakan bahwa pelatihan semacam ini sangat dibutuhkan oleh para pelaku wisata di Bontang Kuala yang menurutnya masih memerlukan banyak bimbingan dan ilmu yang berkaitan dengan kepariwisataan.

“Kami senang sekali hari ini kami sudah mengetahui bagaimana mengelola homestay yang baik, mudah-mudahan kami dapat lebih banyak pelatihan seperti ini ke depannya,“ komentarnya mengenai pelatihan ini.

Bontang Kuala merupakan sebuah desa nelayan yang berlokasi di Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, dan terdiri dari 4.628 jiwa serta dibagi kedalam 2 (dua) wilayah pemukiman yaitu pemukiman wilayah darat dan pemukiman diatas laut. Karena wilayah kelurahan tersebut lebih besar lautnya ketimbang daratan, praktis sekitar 70% penduduknya tinggal di perkampungan di atas laut, dimana rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin dibangun lengkap dengan jembatan penghubungnya yang dilapisi kayu. Banyak tamu perusahaan yang lebih memilih untuk tinggal di rumah penduduk (homestay) demi mendapat pengalaman tinggal yang berbeda. Di malam hari, kawasan wisata ini biasanya dipadati pengunjung yang ingin menikmati hidangan sea food di restoran-restoran yang dibangun diatas air. Selain terkenal karena pemandangan lautnya, Bontang Kuala juga dikenal karena hidangan gammi bawis nya, dimana ikan bawis ini hanya ada di beberapa laut tertentu di Indonesia.


Author: admin-oke

Visited 175 times, 1 visit(s) today